Si Virus, obat & Sistem Imun (2)

Hmm, sampai mana ya ?

Seperti banyak disampaikan : virus itu tidak ada obatnya. Secara ringkas ini
jelas salah, wong ada yang namanya "obat anti virus" (antiviral therapy) kok
!

Tapi, dua-duanya perlu dipahami lebih dalam. Memang, seperti paparan
sebelumnya, secara langsung virus itu sendiri tidak bisa di-mati-kan seperti
antibiotika mematikan bakteri (ada sih zat yang bisa mematikan virus secara
langsung seperti detergen, alkohol, formaline, tapi kan nggak mungkin
meminumnya untuk membunuh virus di dalam tubuh). Lantas, antivirus itu untuk
apa ?

Untuk bisa memasuki suatu sel, perlu "kunci". Agar virus bisa
masuk dengan aman, maka dia bisa memiliki "kunci palsu" yang mirip dengan
kunci asli. Dengan cara ini tentara penjaga pintu gerbang maupun barisan
intelijen tidak mendeteksinya, karena dianggap "teman" sendiri.
Melengganglah virus dengan santai masuk pintu di dinding sel.

Begitu masuk pintu ini, sebenarnya kebanyakan virus tetap meninggalkan jejak
yang tertangkap radar barisan intelijen, bahkan ada yang "jaket" (envelope)
si virus ini sudah bisa menimbulkan infeksi. Masalahnya, setelah terlanjur
virus masuk sel, barisan intelijen dan batalyon pemukul bingung karena kalau
akan dihancurkan, sel itu masih "keluarga" sendiri.

Nah, satu kelompok obat antivirus berusaha mencari jalan menghambat kerja
virus mencari home-base ini, paling banyak dengan teknik "kompetisi" menutup
Celah di dinding sel yang "kunci palsu"nya sudah dipegang si virus.

Kelompok antivirus lain, berusaha mengganggu kerja virus dalam menumpang dan
menguasai home-base-nya. Dalam teknik ini ada risiko memang, meski sudah
diminimalkan, kadang terpaksa sel home-base-nya ikut rusak dalam usaha
menghancurkan virus yang "menyusup" ke dalamnya. Yah daripada terlanjur
dikuasai virus, terus jadi home-base serangan, terpaksa mengorbankan satu
sel keluarga sendiri ...

Disamping itu, ada kelompok obat antivirus yang berusaha memperingan efek
penyerangan virus dengan cara menghambat kerja "peluru dan meriam" (zat-zat
tertentu yang dikeluarkan si virus) penyebab sakit pada tubuh manusia.

Sejauh ini, belum ada obat antivirus yang 100% berhasil
menahan/menghambat/menghancurkan virus. TETAPI efeknya tetap signifikan
dalam : memperingan efek serangan virus, meminimalkan efek sisa paska
serangan dan memperingan kemungkinan penularan terhadap orang lain.

Sebagai contoh : pada Herpes zoster, pemberian Acyclocyr akan efektif bila
mulai diberikan sebelum 24 jam pertama. Mengapa ? Agar masih ada kesempatan
untuk melawan kerja si virus, sehingga sequele (gejala sisa) bisa minimal.
Kalau terlambat, virus terlanjur menguasai keadaan, maka dia akan sempat
membentuk "tempat persembunyian" di pangkal pembuluh syaraf, kemudian suatu
ketika kembali menyerang.

Ternyata, ada juga virus yang makin pinter. Virus hepatitis B atau HIV
misalnya, bisa melakukan teknik "doormant". Begitu masuk sel, dia melihat
bahwa suasana di luar sel tidak kondusif untuk melakukan serangan (tentara
siap, alutsishan lengkap, modern, canggih dan terpelihara - nggak kayak F16
kita - intelijen rutin patroli, radarnya bisa mengcover seluruh medan -
lagi-lagi nggak kayak punya kita - dan litbangnya juga tekun bekerja).

Menghadapi ini, si virus akan "sembunyi" dengan cukup menumpang saja, yang
penting tidak mati, tidak ambisius menguasai sel tempatnya menumpang. Sampai
suatu saat nanti, tentara pas lemah - mungkin situasi politik lagi goyah -
si virus bangun dari tidurnya dan menyerang manusia. Karena itu, masa
inkubasi HIV bisa bertahun-tahun, baru benar-benar menimbulkan masalah.

Apakah virus itu memang kerjanya hanya bikin susah ? Hmm, ternyata Tuhan
memang maha bijaksana. Memanfaatkan sifatnya yang "bak James Bond", jenis
virus tertentu bisa kita "titipi" zat terapetik, kemudian di-infeksikan agar
memasuksi sel-sel tertentu dalam tubuh kita, sehingga zat terapetik itu ikut
terbawa kesana.

Pada lapangan Gene-Therapy, si virus ini kita "rekayasa" agar memiliki sifat
genetik tertentu, kemudian kita infeksikan, dia memasuki sel-sel dalam
tubuh, menguasai sel tersebut, sehingga akhirnya sel tersebut berubah sifat
genetiknya sesuai keinginan kita. Tentu saja, untuk ini dipilih virus-virus
yang sudah "dijinakkan".

By : Dokter Tonang Ardyanto - Feb 2006

2 comments:

Yusuf Alam Romadhon said...

wah salut... salam kenal mbak dengan diriku dari solo jawa tengah

Nunus Danny said...

Salam kenal juga mas. Semoga berguna ya